close
.

Perkembangan Pendidikan Pada Masa Voc



  VOC menguasai Indonesia setelah berakhirnya kekuasaan Portugis di Indonesia. VOC merupakan kongsi dagang yang dibentuk oleh Belanda dengan tujuan meningkatkan kerja sama dan mengurangi persaingan di antara pedagang-pedangan Belanda diIndonesia. Kegiatan pendidikan yang dilakukan VOC terutama dipusatkan di bagian timur Indonesia di aman agama Katolik telah berakar dan di Batavia (Jakarta) sebagai pusat administrasi kolonial.
   Pada masa VOC, pendidikan di Indonesia diubah dari pendidikan yang berhaluan pada ajaran Katolik menjdai pendidikan yang mengembangkan agama Protestan sesuai dengan ajaran yang dianut oleh orang-orang Belanda. Untuk keperluan mengembangkan pendidikan Protestan ini, maka didirikan sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah yang dahulu telah dinasranikan oleh bangsa Portugis dan Spanyol, seperti di Ambon, Ternate, dan lain-lain. Tujuan didirikan sekolah-sekolah itu adalah untuk melaksanakan pemiliharaan dan penyebaran agama Protestan. Menurut intruksi Heeren XVVII, badan tertinggi VOC, gubernur di Indonesia harus menyebarluaskan agama Protestan dan mendirikan sekolah-sekolah untuk tujuan itu. Menurut peraturan sekolah tahun 1643 tugas guru adalah memupuk rasa takut terhadap Tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama Protestan, mengajarkan anak berdoa, bernyanyi, pergi ke gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru.
   Sekolah Protestan pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Pelajaran-pelajaran yang diberikan berupa membaca, menulis, dan sembahyang. Sebagai gurunya diangkat seorang Belanda, yang mendapat upah f 18 setiap bulannya. Setelah mereka mendapat pendidikan di sekolah ini, kemudian dikirim ke negeri Belanda untuk mendapat pendidikan guru. Sekembalinya ke tanah air, mereka diangkat sebagai guru.
   Sebagai bahasa pengantar mula-mula ditetapkan bahasa Belanda. Oleh karena timbul berbagai kesulitan, maka akhirnya ditetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah dan gererja. Pada masa itu, bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pergaulan umum didaerah-daerah itu. Sekolah yang diditrikan VOC di Ambon mempunyai murid 30 sampai 40 orang. Murid-murid itu tidak tetap mengunjungi sekolah, karena mererka juga harus membantu orang tuanya bekerja di kebun atau rumah. Untuk menghindari hal ini maka diadakan peraturan, bahwa tiap-tiap murid diberi satu poin beras tipa harinya.
   Dalam usaha menunjang pelaksanaan pengajaran, sekolah tidak membuat rencana pengajaran secara tertulis, Hal ini disebabkan sekolah itu mempunyai tujuan keagamaan, tidak memiliki tujuan untuk mengembankan intektualitas. Dalam mengikuti sekolah, siswa tidak ditentukan lama belajarna. Murid-murid yang oleh inspeksi dianggap memiliki pengentahuan yang cukup diperbolehkan untuk menyelesaikan sekolah. Pengawasan terhadap pengajaran dilakukan oleh pendeta-pendeta.
    Walaupun tidak ada kurikulum yang ditentukan, biasanya sekolah menyajikan peljaran tentang katekismus (kitab pelajaran agama kristen dalam bentuk tanya jawab), agama, juga membaca, menulis dan bernyanyi. Peraturan hanya menentukan bahwa anak pria usia 16 dan anak wanita 12 tahun hendaknya jangan dikeluarkan dari sekolah. Kemudian usia itu diturunkan menjadi 12 tahun untuk anak pria dan 10 tahun untuk anak wanita. Pembagian dalam 3 kelas untuk pertama kali dilakukan tahun 1778. Di kelas 3, kelasa terendah, anak-anak belajar abjad di kelas 2 membaca, menulis dan bernyanyi, dan berhitung.
   Pada saat itu pengajaran secara bersama-sama di dalam kelas belum dilakukan. Mengajar tetap berdasarkan penganjaran individual. Murid-murid datang seorang demi seorang ke meja guru dan menerima bantuan individual. Sedangkan menyanyi lagu gerejani dan restasi teks buku injil dilakukan bersama oleh seluruh kelas. Kemudian tidak adanya kenaikan kelas tahunan.
   Sejak didirikan sekolah Protestan tahun 1607, di Ambonsekolah ini terus mengalami peningkatan baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Pada tahun 1627 di Ambon sudah berdiri 16 sekolah yang dikhusukan pada pengembangan agama Protestan. Perkembangan sekolah Prostestan ini pun tidak hanya dirasakan di Ambon. Di luar Ambon sampai tahun 1927 tercatat telah berdiri 18 buah sekolah yang tersebar di beberapa yang dahulunya pernah dikuasai oleh Portugis dan Spanyol seperti Kepulauan Timor, Pulau Sawu, Pulau Kei, dan Pulau Aru.
Comments
2 Comments

2 komentar:

  1. olong cepat direspon ya!? ^_^
    Buku yang Anda pakai untuk pembahasan Perkembangan Pendidikan Pada Masa Voc, judulnya apa ya? Dan tolong beri nama pengarangnya juga.
    Terima Kasih Banyak...

    BalasHapus
  2. sory baru balas, ini teman saya yang posting, nanti di tanyakan ^

    BalasHapus

Copyright © 2014 Design By Fatrin BudimanNusantara Indo.